Kamis, 27 Juli 2017

Menghidupkan Qalbu

Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan Allah lainnya.   Selain berupa jasmani, manusia dilengkapi pula dengan tiga unsur ruhaniah yaitu akalnafsu dan perasaan/qalbu.   Dengan ketiga unsur ruhani itulah manusia menjadi sempurna, karena ia bisa berubah hakekat menjadi apa saja sebagaimana mahluk lainnya.

Ketika manusia menjadikan akal sebagai panglima, maka ia bisa berubah menjadi iblis atau syetan. Karena dengan akal ia bisa bertindak jahat, keji dan kejam seperti iblis.     Perampok atau penjahat yang profesional adalah manusia yang mempunyai otak cerdas. Mustahil seorang idiot bisa melakukan kejahatan besar dan keji.   Mereka bisa melakukan kejahatan besar, tidak lain karena adanya kecerdasan akal yang disalah gunakan.

Dan apabila manusia mengumbar nafsu-nya, maka ia tidak ubahnya seperti hewan, bahkan lebih hina lagi.   Bila manusia sudah dikuasai oleh nafsu maka hilanglah akal sehatnya. Bila manusia sudah dikuasai oleh nafsu maka ia bisa menjadi tamak, rakus, egois, tidak punya malu, tidak,punya empati, tidak tolerans dan sebagainya.  Tamak, rakus, egois, tak punya malu, tak punya empati adalah sifat-sifat  binatang.  Maka manusia yang tak bisa mengendalikan hasrat nafsunya dikatakan sebagai manusia binatang karena ia berperilaku seperti binatang.

Namun ketika manusia mempunyai hati yang bersih (qalbus saliim), maka ia dapat menjadi mahluk yang mulia seperti malaikat.  Karena hati yang bersih dapat mempengaruhi akal dan nafsu untuk menjalankan  fungsinya secara baik.

Dengan ketiga unsur ruhani itulah menjadikan manusia sebagai mahluk yang unik, karena ia bisa lebih jahat dari syetan, bisa lebih hina dari binatang, tetapi juga  bisa lebih mulia dari malaikat.   Manusia sendirilah yang memilih status kehidupannya dihadapan Allah SWT, karena ia adalah mahluk yang sempurna, yang diberi kebebasan untuk memilih.

Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiin. Tsumma radadnaahu asfala saafilin. Illal laadziina aamanuu wa ’amilush shaalihat.

(Sesungguhnya Allah  telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya kejadian. Kemudian Allah mengembalikannya kepada yang serendah-rendahnya. Kecuali bagi orang yang beriman dan beramal shalih.) (QS. At-Tiin ; 4-6)

 

Peran, fungsi dan hubungan ketiga unsur ruhaniah.

(1).   Pertama adalah otak atau akal.

Otak atau akal adalah salah satu instrumen manusia yang berfungsi untuk berfikir atau memecahkan suatu masalah.  Otak juga berfungsi untuk mengingat dan memahami suatu peristiwa atau kejadian.   Lebih dari itu otak adalah sebagai pusat gerak, yaitu instrumen yang berperan menggerakkan jasmani untuk melakukan suatu kegiatan. Kaki bisa berjalan, tangan memegang, mulut bicara, mata melihat , telinga mendengar adalah karena diperintahkan oleh otak.   Jadi jasmani hanya akan melakukan suatu kegiatan apabila diperintah oleh otak.   Namun demikian, otak tak hendak memerintahkan jasmani untuk melakukan suatu kegiatan apabila ia tidak didorong oleh suatu keinginan yaitu nafsu.

(2).    Yang ke-dua adalah tentang nafsu.

Para ahli dan pakar ilmu kejiwaan sepakat bahwa dalam setiap diri manusia terdapat apa yang disebut sebagai motive, atau dalam istilah psikologi adalah drive.  

Motive atau drive ini merupakan suatu kekuatan ruhaniah yang mendorong manusia untuk berbuat sesuatu.   Tanpa adanya motive atau drive, manusia tidak mempunyai kemauan untuk berbuat sesuatu.   Dalam istilah umum, kekuatan tersebut kita kenal dengan nafsu atau hawa nafsu.  

Dengan demikian maka nafsu merupakan suatu kekuatan yang sangat bermanfaat, karena ia berfungsi sebagai pendorong semangat hidup.    Namun, di sisi lain  nafsu akan sangat berbahaya dan dapat mencelakakan manusia apabila ia tidak dikendalikan dengan baik.    Jadi sesungguhnya nafsu mempunyai dua sisi yaitu positif dan negatif.  

Dalam khasanah Islam, nafsu positif ini disebut dengan quwwah rabbaniyah (nafsu ketuhanan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kebajikan.                Sedangkan nafsu negatif disebut dengan Quwwah syaitaniah (nafsu setan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kesesatan.   Diantara keduanya yang mempunyai potensi lebih besar adalah nafsu syaitaniah (nafsu negatif)

Allah Swt berfirman : Inna Nafsa La Ammaratum Bissu’i -  Illa Maa Rahimma Rabbi

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan (QS. Yusuf : 53).

Maka bisa digambarkan bahwa nafsu itu ibarat api.  Ia cenderung membakar apa saja sehingga bisa menjadi sebuah malapetaka, namun ia akan sangat berguna apabila dapat dikendalikan dengan baik.  

Demikian halnya dengan nafsu, ia akan sangat bermanfaat bila dikendalikan dengan baik. 

Siapa yang berperan mengendalikan nafsu?  ---  Ia adalah qalbu

 

(3).    Tentang hati atau qalbu.

Hati atau qalbu adalah instrumen ruhaniah yang menyimpan nilai-nilai ilahiyah, yaitu nilai-nilai mulia yang berasal dari Allah Swt.   Nilai-nilai ilahiyah itu adalah kejujuran, keadilan,  kepedulian,  tanggung jawab, kasih sayang, empati, syukur, sabar, ikhlas, dsb. Nilai-nilai mulia itu dikenal sebagai suara hati

Seorang ahli ilmu kejiwaan, Prof. Dr. Naya Diyarkara, menyatakan :   ”Semua manusia memiliki getaran hati yang sama, yang selalu menyuarakan nilai-nilai kebenaran, itulah fitrah.  Fitrah itu adalah bisikan Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia”.

Dengan potensi yang memancarkan nilai ilahiyah itu, maka hati  berfungsi sebagai penyaring keinginan, dan berperan memberi pertimbangan kepada otak tentang apa yang sepatutnya dilakukan.   

Demikianlah hubungan antara ketiga unsur ruhani yaitu akal, nafsu dan qalbu.  Selanjutnya, bagaimanakah peran jasmani ?

         (4)     Peran jasmani.

Jasmani hanyalah menjalankan apa yang diperintahkan oleh otak, sebagai perwujudan dari apa yang dikehendaki oleh nafsu, yang telah mendapatkan bimbingan dari qalbu.

Dari ketiga unsur ruhaniah tersebut, yang paling dominan dalam mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia adalah nafsu.  Apabila nafsu tidak dikendalikan oleh qalbu, maka yang muncul adalah quwwah syaitaniah, yang cenderung mendorong ke arah kemungkaran.

 

QALBU

Lebih jauh kita membahas mengenai instrumen ruhaniah yang paling penting yaitu hati/qalbu.

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia.   Ia menyimpan potensi ilahiyah, yang memancarkan nilai-nilai mulia yang berasal dari Tuhan, yang berfungsi sebagai pembimbing jiwa. 

Kalau hati seseorang bersih  tentu ia dapat berfungsi sebagai pembimbing yang baik untuk melakukan perbuatan kebajikan.  Tetapi kalau hatinya kotor, maka peran hati sebagai pembimbing tidak berfungsi dengan baik, karena tertahan oleh kotoran-kotoran yang menyelimutinya.

Hati ibarat bohlam lampu, apabila kaca bohlam bersih maka ia dapat memancarkan sinar cahaya dengan baik. Namun apabila kaca bohlam itu ditutupi oleh kotoran-kotoran yang menempel di kacanya, maka sinar cahaya akan terhambat.  Semakin banyak kotoran yang menempel pada kaca bohlam maka semakin sedikit pula pancaran sinarnya.

Pada mulanya hati itu bersih tanpa noda seditkpun, itulah hati seorang anak bayi.  Namun kemudian hati itu dinodai oleh perbuatan-perbuatan buruk seperti maksiat, kufur, zalim, serakah, egois, dengki, dan sebagainya. 

Setelah noda-noda itu menumpuk semakin banyak, maka hati akan tertutupi dan tidak lagi bisa memancarkan nilai-nilai Ilahiyah.  Kalau sudah demikian maka hati menjadi beku atau mati.    Hati yang telah mati tidak dapat berfungsi lagi untuk mengendalikan nafsu, sehingga mengakibatkan rusaknya prilaku manusia.

Rasulullah SAW bersabda :

Alaa wa inna fil jasadi mudh ghah - Idzaa sholuhat sholuhal jasadu kulluhu.

Waidzaa hasadat fasadal jasadu kulluhu - Alaa wahiyal qalbu

Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada mughdah, bila ia sehat/baik maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia buruk/rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu (HR. Bukhari Muslim).

Selain memancarkan potensi ilahiyah, hati juga sebagai alat indera ruhaniah, karena ia mempunyai kemampuan untuk melihat, berkata dan mendengar secara ruhaniah.

·                     Hati punya mata yang disebut mata hati, yang selalu dapat melihat kebenaran.

·                     Hati juga punya mulut yang selalu membisikkan kebenaran, sehingga ucapannya dikenal sebagai kata hati.

·                     Hati juga punya telinga yang menangkap suara-suara kebenaran. 

 

Disamping sebagai alat indera ruhaniah, hati juga merupakan pusat perasaan, yakni sebagai pusat rasa yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah, ikhlas atau marah.  Orang menjadi bahagia atau menderita bukan disebabkan oleh harta atau tahta, melainkan ditentukan oleh hati. 

Harta dan tahta hanya merupakan sarana pendukung menuju kebahagiaan.    Dengan harta seseorang memperoleh kemudahan dalam mengatasi kebutuhan ekonomi.  Dengan tahta atau kedudukan seseorang memperoleh kehormatan dari masyarakat.       Namun apabila harta dan tahta tidak dikelola secara baik dan benar maka bisa jadi akan menimbulkan masalah bahkan bencana.

Tidak sedikit orang yang karena harta dan tahta hidupnya menjadi terbelenggu, kebebasannya terbatas, terikat oleh etika dan formalitas, cemas, stres dan bahkan tidak sedikit yang kemudian bunuh diri.    A’udzubillahi mindzalik.

Rasulullah SAW bersabda :

Berbahagialah engkau apabila mempunyai hati yang selalu bersyukur, lidah yang selalu berzikir, dan keluarga (lingkungan) yang baik yang selalu membantu dalam urusan ibadah.

Walaupun pada dasarnya semua orang mempunyai hati, namun dalam kenyataannya tidak semua orang mengelola hatinya dengan baik.  Akibatnya, kebanyakan orang kehilangan manfaat hatinya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan untuk mengatasi persoalan dalam hidupnya.

Allah SWT berfirman  :

Walaqod Dzara’na Li Jahannamma Kasyiiran Minal Jinni Wal Insi -  Lahum Kullu Bullayaf Kohunna Bihaa

Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) (QS. Al-Araf: 179): 

Bahwa hati yang mampu memancarkan nilai-nilai ilahiyah adalah hati yang hidup.  Sedangkan hati yang sudah tidak bisa menjalankan fungsi-fungsinya, bisa dikatakan hatinya telah mati atau telah beku.  Agar hati yang telah mati atau beku bisa berfungsi kembali sebagaimana mestinya, maka ia harus dibersihkan dan dihidupkan kembali.  

Cara untuk membersihkan atau menghidupkan kembali hati adalah dengan dzikrullah (mengingat Allah).   Dzikir untuk mengingat Allah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu (1) dzikir qalbi (dzikir dengan hati), (2) dzikir lisan (dzikir dengan cara diucapkan) dan (3) dzikir amali (dzikir dengan perbuatan). 

Disini akan diuraikan sedikit tentang dzikir amali, antara lain adalah:

          (1)        Banyak mendekati kaum dhuafa.   

Kaum dhuafa adalah para fakir miskin, yaitu mereka yang sehari-hari mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.   Mereka sudah bekerja keras tetapi hasil kerjanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, apalagi untuk pendidikan yang baik.   Mereka adalah para buruh di pabrik, buruh tani, buruh nelayan, kuli bangunan, kuli pasar, pedagang asongan,  dsb.  

Dengan banyak atau sering mendekati kaum dhuafa yang hidupnya sangat memprihatinkan itu, maka akan membuat  hati menjadi lebih hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Rasulullah bersabda :

”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)

Dalam suatu kisah, kepada Nabiyullah Musa As. Allah Swt berfirman:

“Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan.  Karena sesungguhnya Aku bersamanya.”

Orang yang dalam hidupnya hanya mengenal kemewahan, tentu kemewahan itu dirasakan sebagai sesuatu yang biasa, bukan lagi sebagai kenikmatan dan keindahan.  Hidup akan terasa nikmat apabila ia pernah merasakan hidup susah.  Sesuatu bisa dirasakan manis apabila kita pernah merasakan yang pahit. 

Ada satu ungkapan hikmah yang mengatakan bahwa, ”Kalau engkau biasa minum teh manis dengan 3 sendok gula, maka dengan 2 sendok gula engkau tidak merasakan manis”.

(2)      Banyak bersedekah.

Bersedekah merupakan bentuk kepedulian terhadap nasib fakir miskin.  Bersedekah akan menghapus dosa-dosa dan membersihkan kotoran hati.   Mereka yang enggan bersedekah berarti mereka sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin, dan itu pertanda bahwa hatinya telah beku.  Dan mereka ini oleh Allah Swt digolongkan sebagai pendusta agama.

Allah Swt berfirman : 

Ara-aitalladzii yukadzdzibubiddiin    fadzaalikalladzi  yadu’ – ’ulyatiim    walaa yahudhdhu ’alaa tha’aamill miskin.  

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?. Mereka adalah orang yang menelantarkan anak yatim dan tidak peduli terhadap nasib orang miskin                 (QS. Al-Ma’un : 1-2)

Pada surat Ali Imran, Allah Swt juga  memperingatkan :

Lan tanaalul birra hatta  -  tunfiquu mimma tuhibbuuna. Wamaa tunfiquu min syai’in  faa innallaha bihii aliim.

Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum menafkahkan  sebagian harta yang kamu cintai.  Dan apapun yang kamu infakkan,  sungguh Allah maha Mengetahui.  (S. Ali Imran (3): 92).

(3)      Banyak berpuasa.

Apabila dikaji secara mendalam sesungguhnya banyak manfaat yang terkandung dalam aktifitas puasa.  Salah satu aktifitas puasa adalah menahan rasa lapar dan haus, aktifitas ini sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk  ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.

Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.

 

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia, karena ia berperan sebagai pembimbing jiwa.  

Tidak semua mahluk Allah dikaruniai dengan hati, kecuali jin dan manusia.  Dan bagi kedua mahluk itu (yaitu jin dan manusia) disediakan surga dan neraka sebagai konsekuensinya.

Apabila ia mampu menjaga kebersihan hati, maka Allah SWT menyediakan surga baginya.   Dan bagi manusia yang mengotori hatinya, ia akan diancam dengan api neraka.

 

Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwahaa.  -  Qad aflaha man zakhaa haa.

Waqad khaaba man dassaa haa. 

(Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa, (dua potensi yaitu) kejahatan dan ketaqwaan.

Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan (hati)nya. Dan sungguh merugi orang-orang yang mengotori (hati) nya.  (QS. Asy-syams: 8-10)

 

Resume

Dalam ilmu psikologi modern, diketahui bahwa kecerdasan manusia tidak terbatas pada kecerdasan intelektual saja, akan tetapi dikenal kecerdasan lain yang berpengaruh langsung pada kehidupan manusia. 

Kalau dahulu kecerdasan hanya pada intelektualitas, yang dikenal sebagai IQ (intelegentia quotient), maka kini dikenal kecerdasan lain yaitu EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional, dan SQ (spiritual quotient) atau kecerdasan spiritual.  Jadi sesungguhnya ada tiga kecerdasan utama pada diri manusia, yaitu IQ, EQ dan SQ.

Dikaitkan dengan tiga unsur ruhaniah manusia, maka IQ berkaitan dengan akal, EQ berkaitan dengan nafsu, dan SQ berkaitan dengan qalbu.

Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa sekitar 80% prilaku kehidupan manusia dipengaruhi secara langsung oleh EQ (emosional), sedangkan IQ hanya berperan maksimal hanya 20% saja.    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aktifitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh emosional atau nafsu

Agar nafsu yang berperan sangat besar itu dapat berpengaruh baik pada kehidupan manusia, maka ia harus dikendalikan secara baik oleh qalbu.  Dan agar qalbu dapat berperan sebagai pengendali nafsu secara maksimal, maka qalbu/hati harus selalu dibersihkan. 

Jadi inti dari manusia yang hidup dan berkehidupan sesungguhnya ada pada hati.  Hati adalah potensi yang menentukan manusia menjadi mulia atau hina, dan yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah.

1 komentar:

  1. Antara berfikir dan ber aqal sangat jauh berbeda.. Otak yg substasinya berfikir, akan selalu membuat manusia menolak kebenaran Allah.. Sementara aqal, bukan saja mampu menangkap kebenaran Allah, tetapi aqal jg mampu berhadapan dan jauh melampaui kemampuan otak (fikir)...

    BalasHapus