Kamis, 27 Juli 2017

Menghidupkan Qalbu; Resume

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. tiga unsur ruhaniah yaitu akal, nafsu dan qalbu/perasaan.

1.   Otak atau akal.
      Otak atau akal adalah salah satu instrumen manusia yang berfungsi untuk berfikir, untuk memecahkan suatu masalah, serta mengingat dan memahami suatu peristiwa atau kejadian.     Otak/akal inilah yang menggerakkan jasmani untuk melakukan suatu perbuatan.  


2.    Nafsu
       Nafsu adalah suatu kekuatan ruhaniah dalam diri manusia yang sangat bermanfaat, karena berfungsi sebagai pendorong semangat hidup.  Namun nafsu akan sangat berbahaya dan dapat mencelakakan manusia apabila ia tidak dikendalikan dengan baik, karena nafsu pada dasarnya cenderung mendorong kearah kejahatan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus 53 :

INNA NAFSA LA AMMARATUM BISSU’I ILLA MAA RAHIMMA RABBI

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan

Dalam khasanah Islam, nafsu ada dua, yaitu quwwah syaitaniah & quwwah rabbaniyah.   Quwwah syaitaniah (nafsu setan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kesesatan.   Sedangkan quwwah rabbaniyah (nafsu ketuhanan) adalah nafsu yang cenderung mendorong kearah kebajikan.  Diantara keduanya yang mempunyai potensi lebih besar adalah nafsu setan (sebagaimana firman Allah diatas).


3.    Hati atau qalbu.

       Hati berfungsi menjadi pembimbing terhadap apa yang sebaiknya dilakukan oleh otak.    Hati menyaring apa yang patut atau tidak patut dikerjakan oleh jasmani.   Kalau hati seseorang baik atau bersih  tentu dapat memberi arah kepada otak apa yang seyogyanya dilakukan.  Tetapi kalau hatinya tidak bersih atau kotor, maka potensi hati sebagai pembimbing tidak berfungsi dengan baik, karena tertutup kotoran-kotoran hitam.

Rasulullah SAW bersabda :

Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada segumpal daging (mughdah), bila ia sehat maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah hati (HR. Bukhari Muslim)

Jadi sesungguhnya inti dari diri kita sebagai manusia yang hidup dan berkehidupan adalah hati (qalbu).  Hati adalah potensi yang menentukan manusia menjadi mulia atau hina, yang membuat manusia merasa bahagia atau menderita.

(4)     jasmani.
Peran jasmani hanyalah menjalankan apa yang diperintahkan oleh otak, sebagai perwujudan dari apa yang dikehendaki oleh nafsu, yang telah mendapatkan pertimbangan dari qalbu.
Dari ketiga unsur ruhaniah tersebut, yang paling dominan dalam mempengaruhi aktivitas kehidupan kebanyakan manusia adalah nafsu.  Apabila nafsu tidak dikendalikan oleh qalbu, maka yang muncul adalah quwwah syaitaniah, yaitu keinginan yang cenderung ke arah kemungkaran.

Lebih jauh tentang hati/qalbu.

Hati merupakan karunia terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia.   Ia menyimpan potensi ilahiyah, yang selalu memancarkan nilai-nilai mulia yang berasal dari Tuhan.  

Kalau hati seseorang bersih  tentu ia dapat memancarkan nilai-nilai ilahiyah dengan baik, sehingga dapat memberi bimbingan kepada otak tentang apa yang baik untuk  dilakukan.  Tetapi kalau hatinya kotor, maka peran hati sebagai pembimbing tidak berfungsi dengan baik, karena tertahan oleh kotoran-kotoran yang menyelimutinya.
Rasulullah SAW bersabda :

ALAA WA INNA FIL JASADI MUDH GHAH
IDZAA SHOLUHAT SHOLUHAL JASADU KULLUHU
WAIDZAA HASADAT FASADAL JASADU KULLUHU
ALAA WAHIYAL QALBU
Ketahuilah bahwa di dalam jasad ini ada mughdah, bila ia sehat/baik maka sehatlah seluruhnya, dan bila ia buruk/rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu (HR. Bukhari Muslim)

Hati juga bisa dikatakan sebagai alat indera ruhaniah, karena ia merupakan instrumen yang mempunyai kemampuan untuk melihat, berkata, mendengar dan memahami secara ruhaniah.

Disamping sebagai alat indera ruhaniah, hati juga merupakan pusat perasaan, yakni sebagai satu-satunya faktor yang menentukan manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah, ikhlas atau marah.  Orang menjadi bahagia atau menderita bukan ditentukan oleh harta, tahta, atau  kecantikan,  melainkan ditentukan oleh hati. 

Rasulullah SAW bersabda :
Berbahagialah engkau apabila mempunyai hati yang selalu bersyukur, lidah yang selalu berzikir, dan keluarga yang baik yang selalu membantu dalam urusan ibadah.

Walaupun pada dasarnya semua orang mempunyai hati, namun dalam kenyataannya tidak semua orang mempergunakan hatinya dengan baik.  Akibatnya, kebanyakan orang kehilangan manfaat hatinya, yang sebenarnya sangat ia butuhkan untuk mengatasi persoalan dalam hidupnya.
Allah SWT berfirman  :
WALAQOD DZARA’NA LI JAHANNAMMA KASYIIRAN MINAL JINNI WAL INSI -  LAHUM KULLU BULLAYAF KOHUNNA BIHAA
Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) (QS. Al-Araf: 179): 
Bahwa hati yang mampu memancarkan nilai-nilai ilahiyah adalah hati yang berfungsi atau hati yang hidup.  Sedangkan hati yang sudah tidak bisa menjalankan fungsi-fungsinya, bisa dikatakan hatinya telah mati atau telah beku.  Agar hati yang telah mati atau beku bisa berfungsi kembali sebagaimana mestinya, maka ia harus dibersihkan dan dihidupkan kembali.  
Ada beberapa cara untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati,  yaitu : 
(1)        Banyak mendekati kaum dhuafa.  
Rasulullah bersabda :
”Duduklah kalian dengan orang-orang miskin, pasti kalian akan terbebas dari kesombongan, dan menjadi orang besar disisi Allah” (HR.Abu Mu’aim)
Dalam suatu kisah, Allah Swt berseru kepada Nabiyullah Musa As.:
“Kalau engkau ingin mendekati-Ku, maka dekatilah mereka yang kehausan, yang kelaparan, dan yang kelelahan.  Karena sesungguhnya Aku bersamanya.”

(2)      Banyak bersedekah.
Bersedekah merupakan bentuk kepedulian terhadap nasib fakir miskin.  Mereka yang sudah tidak punya kepedulian terhadap nasib fakir miskin adalah pertanda bahwa hatinya telah beku.  Dan mereka ini oleh Allah Swt digolongkan sebagai pendusta agama.
Allah Swt berfirman : 
ARA-AITALLADZII YUKADZDZIBUBIDDIIN    FADZAALIKALLADZI  YADU’ – ’ULYATIIM    WALAA YAHUDHDHU ’ALAA THA’AAMILL MISKIN.  
Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?. Mereka adalah orang yang menelantarkan anak yatim dan tidak peduli terhadap nasib orang miskin                 (QS. Al-Ma’un : 1-2)
 (3)     Banyak berpuasa.
Puasa sesungguhnya mengajarkan pada seseorang untuk  ikut merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus sebagaimana yang dialami oleh orang-orang miskin setiap hari.
Dengan sering melaksanakan puasa maka seseorang akan semakin peka terhadap penderitaan yang dialami kaum dhuafa, dan hal ini akan membuat qalbu menjadi hidup.

(4)      Cara lain untuk menghidupkan qalbu adalah dengan banyak berzikir, banyak membaca Al-Qur’an, banyak shalat malam, dan sering bergaul dengan orang-orang shalih.

Dalam ilmu psikologi modern, diketahui bahwa kecerdasan manusia tidak terbatas pada kecerdasan intelektual saja, seperti yang dikenal pada ilmu psikologi terdahulu.  Akan tetapi kini sudah dikenal kecerdasan lain yang berpengaruh langsung pada kehidupan manusia.  Kalau dahulu kecerdasan hanya pada intelektualitas, yang dikenal sebagai IQ (intelegentia quotient), maka kini dikenal kecerdasan lain yaitu EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional, dan SQ (spiritual quotient) atau kecerdasan spiritual.  Jadi sesungguhnya ada tiga kecerdasan utama pada diri manusia, yaitu IQ, EQ dan SQ.
Dikaitkan dengan tiga unsur ruhaniah manusia, maka IQ berkaitan dengan akal, EQ berkaitan dengan nafsu, dan SQ berkaitan dengan qalbu.
Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa sekitar 80% prilaku kehidupan manusia dipengaruhi secara langsung oleh EQ (emosional), sedangkan IQ hanya berperan maksimal hanya 20% saja.    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar aktifitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh emosional atau nafsu. 
Agar nafsu yang berperan sangat besar itu dapat berpengaruh baik pada kehidupan manusia, maka ia harus dikendalikan secara baik oleh qalbu.  Dan agar qalbu dapat berperan sebagai pengendali nafsu secara maksimal, maka qalbu/hati harus selalu dibersihkan. 

Jadi inti dari manusia yang hidup dan berkehidupan sesungguhnya ada pada hati.  Hati adalah potensi yang menentukan manusia menjadi mulia atau hina, dan yang membuat manusia menjadi sedih atau gembira, menderita atau bahagia, tenang atau gelisah.

2 komentar: