Rabu, 21 Juni 2017

Hidup Zuhud

Manusia adalah mahluk pengejar kebahagiaan.  Namun, tak semua manusia mencicipi hidup bahagia.  Karena tidak semua manusia tahu bagaimana merengkuh kebahagiaan.
Kebahagiaan tergantung pada pola hidup.  Islam menganjurkan pola hidup zuhud.  Apakah zuhud itu ?  Zuhud terumuskan dalam dua kalimat Alquran.  ”Supaya kamu tidak bersedih karena apa yang lepas dari tanganmu, dan tidak bangga dengan apa yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Hadid: 23).
Zuhud, adalah membebaskan diri dari pengaruh dan godaan keduniawian. Dunia dengan segala kemewahan dan kesenangannya, bagi kaum sufi adalah penggoda yang sangat berbahaya, yang bisa memalingkan manusia dari Tuhannya.
Ada dua ciri zahid (individu yang menjadikan zuhud sebagai pola hidup). 
Pertama, karena zahid tidak menggantungkan kebahagiaan hidupnya pada apa yang dimiliki.  Bila bahagia ditambatkan pada kendaraan yang dimiliki, kala kendaraan itu tergores, hilanglah bahagia yang bersemayam di dada.  Jika hati dilabuhkan pada yang dimiliki, maka saat apa yang dimiliki itu terlepas dari genggaman, terlepaslah kebahagiaannya.
Kedua, kebahagiaan zahid tidak terletak pada materi, tapi pada dataran spiritual.  Hidup akan menjelma menjadi guyonan yang mengerikan bila makna bahagia disandarkan pada benda.  Sebab, benda hanya menunggu waktu untuk lenyap.
”Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Al-Rahman:26-27).
Hakikat zuhud bukanlah meninggalkan dunia, namun tidak meletakkan hati padanya.
Zuhud bukan menghindari kenikmatan duniawi, tetapi tidak meletakkan nilai yang tinggi padanya.
”Tiada perbandingan dunia ini dengan ahirat, kecuali seperti orang yang memasukkan jarinya dalam lautan besar, maka perhatikanlah berapa dapatnya.” (HR. Muslim)
Oleh sebab itu, zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal. ”Zuhud terhadap kehidupan dunia tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti dari apa yang ada pada Allah SWT dan hendaklah engkau bergembira memperoleh pahala musibah yang menimpamu walaupun musibah itu akan tetap menimpamu.” (HR. Ahmad).
Dalam hadis Qudsi, diriwayatkan. ”Allah berfirman wahai dunia, berkhidmalah kepada orang yang telah berkhidmat kepada-Ku, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepadamu. (HR. Al-Qudlai).
Ringkasnya, rumus hidup bahagia adalah kemampuan memilih nikmat yang abadi di atas kenikmatan yang fana. 

Bagimana supaya baju zuhud dapat dikenakan ?. Dalam nashaih Al-Ibad, Syaikh Nawawi ai-Bantani menceritakan kisah Ibrahim bin Adham tentang mencapai zuhud. Beliau menjawab. ”Ada tiga sebab.  Saya melihat kuburan itu mengerikan, sedangkan belum kudapati pelipur (atasnya).  Saya melihat jarak perjalanan amatlah jauh, padahal belum kumuliki bekal, dan saya melihat Allah yang maha perkasa akan mengadili, padahal belum kudapati alasan (untuk mengelak dari hukumannya).”

Oleh : M Subhi Ibrahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar