Minggu, 06 November 2016

Jaman Edan


Barangkali saat ini kita tengah mengalami situasi masyarakat yang disebut dengan “jaman edan”.  Situasi yang dirasakan oleh kebanyakan orang sebagai situasi yang tidak menentu, penuh kecemasan dan penuh ketidak pastian. 

Di jaman edan, orang pandai belum tentu sukses, dan orang bodoh belum tentu sengsara (jika punya keberanian). Yang sukses adalah orang yang cerdik dan licik, sedangkan orang jujur meski pekerja keras hidupnya sengsara. “Jujur ajur, ala mulya” begitulah pepatah jawa dalam menggambarkan jaman edan, yang maknanya orang jujur malah bisa jadi hancur karena bakal ditinggalkan orang-orang sekitarnya (yang pada tidak beres moralnya), dan sebaliknya orang “ala” (buruk moralnya) malah kehidupannya bisa jadi baik, karena berani berbuat dengan menghalalkan segala cara.

Di jaman edan, paradigma menjadi terbalik (wolak waliking jaman).  Orang baik disingkirkan, sedangkan orang jahat justru mendapat kedudukan (wong apik ditampik, wong jahat munggah pangkat).  Orang mulia terpenjara, dan orang yang jujur malah terbelenggu (wong mulyo dikunjoro, wong lugu kebelenggu).

Di jaman edan, orang kaya makin kaya, sementara orang miskin semakin sulit untuk memperoleh kehidupan. Ingin mendapat pekerjaan apalagi jabatan harus menyuap. Maka hanya orang-orang kayalah yang akhirnya mudah mendapatkan pekerjaan dan jabatan. Sementara orang-orang miskin semakin terpinggirkan. Itulah konsekuensi logis dari sistem liberalisme dan kapitalisme. Orang kaya mengeksploitasi orang miskin.

Di jaman edan, korupsi ada dimana-mana. Korupsi justru dilakukan oleh orang yang sudah kaya. Mereka terus menerus menguras uang negara. hartanya sudah bertumpuk namun masih saja merasa kurang  Mereka tak peduli dengan penderitaan orang miskin. Keserakahan telah menutupi hati nuraninya.  Empati dan kepedulian sudah luntur dari qalbunya.

Di jaman edan, moral tidak dipentingkan lagi. Tidak ada persahabatan dan tidak ada kawan abadi, yang ada adalah kepentingan. Kawan bisa menjadi lawan, dan yang tadinya lawan bisa menjadi kawan asalkan menguntungkan. Syahwat dibiarkan tanpa kendali.

Jaman edan … Keadaan itu sudah ditulis oleh Rangga Warsita puluhan tahun yang lalu dalam sebuah syair yang dikenal dengan Serat Kalatidha. Mari kita menyelisik serat tersebut.

SERAT KALATIDHA adalah sebuah karya sastra Jawa karangan Rangga Warsita, yang ditulis sekitar tahun 1860 Masehi. Rangga Warsita adalah pujangga terakhir dari kasunanan/kerajaan Surakarta. Konon Rangga Warsita menulis syair ini karena suatu kekecewaan, ketika pangkatnya tidak dinaikkan seperti diharapkan. Penyebabnya adalah ketidak adilan, krisis yang terjadi disegala lini dan ia menyebutnya sebagai gila/edan.

Kalatidha merupakan sebuah syair yang sangat termashur. Ketenaran Serat Kalatidha telah mencapai kota Leiden, Belanda.  Di sana petikan dari Serat Kalatidha dilukis di tembok sebuah museum.

Serat Kalatidha bukanlah ramalan seperti Jangka Jayabaya. Serat Kalatidha adalah sebuah syair yang terdiri dari 12 bait, berisi falsafah atau ajaran hidup Ranggawarsita. Kala” berarti "jaman" dan “tidha” adalah "ragu". Kalatidha berarti jaman penuh keraguan. Walau demikian banyak yang memberi pengertian “Kalatidha adalah jaman edan” mengambil makna dari bait ke tujuh serat ini, bait yang sangat popular.

Kebanyakan orang hapal bait ketujuh ini secara tidak lengkap:
Amenangi zaman édan (menyaksikan zaman edan) ; 
Ewuhaya ing pambudi (serba susah dalam bertindak); 
Mélu ngédan nora tahan (ikut edan tidak sampai hati); 
Yén tan mélu anglakoni boya kéduman (tapi kalau tidak mengikuti edan tidak kebagian); 
Begja-begjaning édan (seberuntungnya orang yang edan);  
Luwih begja kang éling klawan waspada (akan lebih beruntung/bahagia orang yang tetap ingat dan waspada).


Semoga dengan menyelisik kembali Serat Kalatidha karya sastra pujangga Ranggawarsita, kita bisa merenungi dan meyadari  betapa pentingnya sikap "eling lan wasphadha" dalam menghadapi jaman edan seperti saat sekarang ini. Sebahagia-bahagianya orang yang édan, masih lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

3 komentar:

  1. Dari Abu Hurairah Ra, dia berkata; Rasulullah SAW bersabda,“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).

    BalasHapus
  2. KOnfrontasi: Di Zaman Ini Orang Pandai Belum Tentu Sukses: Jaman Edan, Menyelisik Serat Kalatidha Ranggawarsita.

    https://www.konfrontasi.com/content/opini/di-zaman-ini-orang-pandai-belum-tentu-sukses-jaman-edan-menyelisik-serat-kalatidha

    BalasHapus
  3. Selami “Jaman Edan” Serat Kalatidha Ranggawarsita Dalam Konteks Kekinian.

    https://www.mcmnews.id/ragam/budaya/selami-jaman-edan-serat-kalatidha-ranggawarsita-dalam-konteks-kekinian/

    BalasHapus